Rabu, 22 Juli 2009

....lanjutan.....CAHAYA DIBALIK JILBAB

Keesokan harinya, kebetulan ada keluarga yang melangsungkan acara pernikahan. Hari itu matahari bersinar cukup terik. Untuk menguji diri, saya meminta izin kepada suami untuk mengenakan busana muslimah. Saya berpikir bahwa saya pasti tidak akan tahan gerahnya... tapi ternyata saya salah total.
Betul, saya berkeringat. Tapi saya tidak "kepanasan". Bisa dikatakan saya tidak merasa terganggu sama sekali dengan kondisi udara saat itu.

Malamnya, kembali saya berdialog dengan diri sendiri.
"Saya tidak punya cukup koleksi baju muslimah," dibantah dengan "kamu punya banyak celana panjang dan blazer untuk bekerja."
"Saya tidak punya jilbab," dibantah dengan "alhamdulillah kamu masih tinggal dengan ibumu, dan beliau berjilbab, dan koleksi jilbab beliau lumayan banyak."
"Saya takut tidak menarik lagi, takut tidak merasa nyaman dan percaya diri seperti sekarang ini," dibantah dengan "buatlah model jilbab yang menarik bagi suamimu, dan kamu merasa cantik memakainya."
Akhirnya emosi saya menyerah... selepas shalat isya. Saya menyampaikan niat saya berjilbab mulai esok hari kepada suami dan Ibu saya. Mata suami saya berkaca-kaca karena bahagia. Ibu saya menangis, dan menyampaikan bahwa Ibu mendokan agar saya diberi hidayah oleh Allah saat beliau umroh di bulan Ramadhan yang lalu, dan menurut saya ternyata doa beliau lah yang menjadi penyebab banyaknya kejadian aneh selama Ramadhan yang lalu.

Tanggal 2 Januari 2002, saya mulai berjilbab. Berbagai reaksi muncul saat itu.
Umumnya, memberi selamat dan meminta saya mendoakan mereka segera menyusul. Kakak tertua saya, Yati Suryakusuma, bereaksi santai dengan tertawa, "Wah, jadi tinggal gue sendiri nih yang belum pake jilbab ya..."
Tapi juga ada yang bereaksi negatif, meragukan niat saya. Komentar "Yeni yakin? Jangan sampai nanti jilbab bongkar pasang..." disampaikan baik secara langsung maupun lewat Ibu saya.
Menanggapi reaksi negatif tersebut, saya hanya tersenyum dan menjawab, "Tolong, jangan ragukan niat saya. Tolong kuatkan saya dengan doa, agar saya tidak melepas lagi jilbab saya..."

Jika kita berniat kuat, Insya Allah diberi kemudahan oleh Allah. Itu saya alami dengan jilbab saya. Allah memberikan jalan bagi saya untuk tetap merasa cantik dengan jilbab saya. Buku tentang model jilbab mulai banyak beredar. Sebutlah "Jilbab Cantik" oleh Ratih Sanggarwati. Wanita-wanita berjilbab di sekeliling saya pun jadi inspirasi bagi saya, bahwa cantik dengan jilbab itu sangat mungkin. Adik sepupu saya sendiri, Amirah Nugrahani, dan teman saya di milis NCC, Luluk Lely Soraya, merupakan wanita yang menurut saya selalu terlihat cantik dengan jilbabnya.

Bagi saya pribadi, jilbab saya bukanlah pertanda saya sudah sempurna dalam akhlak dan ibadah saya. Masih cukup banyak sifat, pandangan hidup dan perilaku saya yang mungkin belum sejalan dengan jilbab saya. But at least, saya berusaha untuk membuat perubahan diri saya berjalan ke arah yang lebih baik, meskipun selangkah demi selangkah.

Saat ini, seperti seorang mahasiswa yang nyaman dan bangga dengan identitas jaket almamaternya, pada akhirnya, alhamdulillah, saya merasa nyaman dan bangga dengan jilbab saya, identitas saya sebagai seorang muslimah.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. QS 24 : 31


Jakarta, 17 Juli 2009
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar