Senin, 04 Januari 2010

Ujar-ujar

“Seorang budiman bertindak sesuai dengan kedudukannya, tidak meng-inginkan
hal-hal di luar dari kedudukan-nya.”
Siluman Kecil menarik napas panjang. Dia telah mengalami banyak sekali hal--hal yang amat
pahit dalam kehidupannya dan kalau direnungkan secara mendalam, memang karena manusia
menginginkan hal-hal yang tidak ada padanya, meng-inginkan sesuatu yang belum ada, yang
tidak dimilikinya, yang berada di luar jangkauannya, dan KEINGINAN inilah yang menjadi
biang keladi segala macam penyakit dan kesengsaraan hidup. Dia menarik napas panjang lagi.
Sesungguhnyalah, bukan hanya seperti yang disadari oleh Siluman Kecil bahwa keinginan
menjadi biang keladi kesengsa-raan hidup. Bahkan keinginan itulah yang membuat kita
kehilangan kesbahagiaan! Betapa tidak? Keinginan membuat mata kita buta terhadap segala
keindahan yang telah kita miliki. Keinginan membuat kita meremehkan dan tidak dapat
me-lihat keindahan yang sudah berada pada kita. Contohnya : Biarpun kita telah me-megang
sebutir buah apel di dalam ta-ngan, namun kalau kita menginginkan buah anggur yang belum
ada, mata kita seperti buta akan kelezatan buah apel yang sudah berada di tangan,
mengang-gapnya tidak enak dan tidak memuaskan dan yang paling memuaskan adalah buah
anggur yang kita inginkan, yang belum ada itulah! Karena itu mari kita men-coba untuk
membuka mata dan melihat segala sesuatu yang sudah ada pada kita, melihat keindahannya,
tanpa membanding--bandingkan dengan yang belum ada, tan-pa membayangkan yang lain-
lain, maka kita akan melihat keindahan dan akan terbuka mata kita bahwa sesungguhnya
selama ini kita hanya diombang-ambing-kan oleh pikiran kita yang selalu haus akan hal-hal
yang belum ada pada kita! Kita selalu beranggapan bahwa kebahagi-aan berada di sana, yang
harus kita ke-jar-kejar, sama sekali kita tidak pernah mau melihat, apa yang berada di sini,
yang sudah ada pada kita. Kita seperti mengejar-ngejar bayangan kita, biar dikejar sampai
selama hidup pun tidak akan dapat tersusul, kita tidak pernah mau berhenti dan menyelidiki
apa ge-rangan bayangan itu, lupa bahwa bayang-an itu adalah kita sendiri, karena kitalah yang
menciptakan bayangan yang kita kejar-kejar itu!

“Cai Shang Wi, Put Leng He.
Cai He Wi, Put Wan Shang.”

Dalamkedudukan tinggi, dia tidak menghina yang di bawah. Dalam kedu-dukan rendah, dia tidak
menjilat yang di atas.

Betapa sukarnya mencari seorang kun-cu (budiman) seperti itu! Sudah lajim di dunia ini,
orang selalu memandang rendah kepada orang-orang yang lebih rendah kedudukannya
daripada kita, kita suka menginjak dan meremehkan orang--orang yang berada di bawah kita,
kita merasa jijik kepada kaum jembel, kita menjebikan bibir terhadap orang-orang miskin dan
papa, kita merendahkan me-reka yang bekerja kasar dan yang ke-dudukannya jauh lebih
rendah daripada kita. Sebalikya, sudah menjadi KESOPAN-AN masyarakat bahwa kita selalu
ber-sopan santun kepada orang-orang yang tinggi kedudukannya, kita bermanis muka kepada
orang-orang kaya, kita menjilat-jilat kepada pejabat tinggi. Betapa palsu-nya kita ini! Betapa
kejamnya kita ini! Namun kita marah kalau dinyatakan bah-wa kita tidak memiliki
perikemanusiaan!

“Dia memperbaiki diri sendiri dan tidak mencari kesalahan orang
lain, maka dia tidak mempunyai penyesalan apa pun. Ke atas dia tidak menyalahkan Thian
dan ke bawah dia tidak menyalahkan manusia lain.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar